Thursday, September 12, 2019

Malfungsi Sistem Pembangkit PLN

Belajar dari Malfungsi Sistem Pembangkit PLN 04/08/19


Banyak hal yg dapat kita jadikan pelajaran dari peristiwa hari ini selain adanya _lack of power generating_ yg bersifat _sustainable_. Jika benar (bukan hoax) ada trip/gangguan pada 6 turbin sekaligus di Suralaya dan 1 turbin di Cilegon yg terjadi bersamaan dengan gangguan Sutet 500 kVa di lintas Jawa Barat - Tengah/Pemalang-Ungaran (diduga ada masalah di jaringan Ground Steel Wiring) maka asumsinya bisa berkembang ke arah adanya penyebab sistemik. Bisa saja karena _life cycle_ alat yg hampir bersamaan (tapi ini pasti diantisipasi oleh mitigation system dan risk management) kecuali sistemnya tidak memenuhi kaidah compliance yg berarti terkait dgn maintenance yg juga masalahnya sistemik. Kedua bisa berkembang asumsi penyebab yg bersifat anomali, dan ini bisa diakibatkan secara multi faktor seperti kondisi alam e.g gempa dll, juga tindakan sabotase (bisa dibaca skenario blackout system energy dan teleco di buku Bill Clinton, The President is Missing). Atau bisa juga semua faktor penyebab tersebut dengan bobot dan faktor pengaruh yg berbeda2 terakumulasi dalam 1 fenomena. Jika kapasitas bangkitan Suralaya dan Cilegon disubstitusi oleh Paiton dan beberapa PLTA spt Saguling, Mrica, Karangkates dll dan beban di timur/Paiton menjadi berlebih, tentu perlu dipertimbangkan juga resiliensi sistemnya, transmisi timur Jawa dan Bali bisa ikut terdampak. Peristiwa ini perlu dikaji secara lebih mendalam dari sudut pandang ketahanan negara karena sudah terkait dgn beberapa fungsi layanan publik strategis seperti transportasi (MRT/Commuter Line) dan teleko, juga mungkin perbankan dan layanan kesehatan.
Bagaimana dengan sistem pembayaran di gardu toll yg cashless dan butuh listrik ?
Apakah Jasa Marga sudah siap dengan back up system nya ?
Dan kajian akan semakin seru dgn bahasan tentang daya tahan baterai lithium piranti seluler dan juga ketersediaan/kapasitas power storage seperti power bank dll karena dgn kondisi saat ini akan berdampak pada aspek security dll. Konektivitas bukan hanya di aspek provider teleco yg sudah punya back up system seperti penggunaan panel surya di BTS, genset dll tapi juga di sisi pengguna yg tidak bisa lagi berkomunikasi. Piranti yg sudah terlanjur IoT dll. Komunikasi dokter -perawat ICU yg bersifat remote dll. Polisi dan pelayanan publik yg harus berkomunikasi scr real time dll. BUMN sebesar PLN juga tengah dicerdaskan ya Mas, agar bila kondisi sistemik ini punya potensi berulang, maka arti penting membuat contingency plan yg komprehensif terhadap berbagai model skenario keadaan abnormal dapat dibuat dgn cerdas dan dilatihkan/didrill agar tercipta sirkuit sinaps yg maujud dalam safety habits yg baik dan respon cepat tanggap karena action sudah menjadi bagian dari memori prosedural yg disimpan di basal ganglia/striatum/motoric memory/muscle/action memory 
Kemarin saat gempa 6,9 SR beberapa direktur RS juga bertanya tentang tindakan yg harus dilakukan setelah pasien dievakuasi keluar ruangan. Simulasi mitigasinya hanya sampai berkumpul di assembly point', lalu keputusan setelah aman dan kapan batasan harus kembali ke ruangan dan menjalankan aktivitas medis kapan dan indikasinya apa ? Maka saya sarankan segera mengobservasi dan mengavaluasi kelaikan struktur konstruksi, potensi bocoran gas, api dll. Dan update informasi kebencanaan dari otoritas terkait yg valid sebagai masukan asessment kondisi situasional, apakah ada potensi susulan dll ? Ada baiknya segera membangun sistem mitigatif sebagaimana code blue adalah sistem baku untuk kegawatdaruratan cardiovaskuler dan respirasi di semua area RS. Code grey di Canada digunakan utk respon bahaya bersumber infrastructure, dan brown utk bahaya bersumber dari bencana alam. Tim code inilah yg bertanggung jawab membentuk sinapsis fungsional baru di setiap organ fungsional  kalau di neurosains ini semacam Prefrontal cortex-Limbic-Striatum Stress Test, latihan pengambilan keputusan berbasis pengelolaan pengetahuan dan pengembangan model prediktif yang diwarnai faktor emosi serta empati yang maujud dalam rencana aksi dan konsistensi dalam pelaksanaannya.

Buka juga :

  • Peristiwa DI Ruang Bersalin

0 komentar:

Post a Comment